Pengertian imtaq dan iptek

Prinsip dasar yang ada dalam imtaq yaitu unsur-unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman  penyusunan target sasaran hasil bentukan perilaku yang dimiliki oleh dunia pendidikan. Unsur-unsur dasar tersebut menurut Durkheim terdiri dari: disiplin, kebutuhan untuk mampu mengontrol, mengendalikan, mengekang diri terhadap keinginan-keinginan yang melampaui batas, keterikatan dengan kelompok masyarakat yang ada dalam suatu komunitas kehidupan, dan otonomi dalam makna menyangkut keputusan pribadi dengan mengetahui dan memahami sepenuhnya konsekuensi-konsekuensi dari tindakan atau perilaku yang diperbuat.

Imtaq merupakan wahana yang akan mengarahkan dunia pendidikan menuju target yang dituju, yakni menciptakan generasi beriman dan berilmu yang mampu bersaing dan beriman kepada Allah SWT. Imtaq (SQ) akan menjadi peneguh karakter penerus bangsa guna menjaga nilai moral bangsa di tengah era globalisasi.

Agama Islam yang mengajarkan umatnya untuk berdisiplin, merupakan salah satu unsur imtaq yang tercantum di dalamnya. Pengertisn berdisiplin itu sendiri merupakan disiplin jasmani maupun rohani. Dengan keseimbangan disiplin anatara keduanya akan mampu menumbuhkan penerus bangsa yang berdisiplin dalam setiap sektor dalam hidupnya.

Disiplin yang tinggi dan seimbang dapat menjadikan siswa mampu mengontrol segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Kemampuan tersebut akan membawa siswa menuju ke kepribadian yang bijaksana. Kebijaksanaan itulah yang akan membuat siswa mampu mengendalikan diri dan lingkungannya, sebagai life skill yang kelak akan berguna saat dia harus terjun ke masyrakat.

Hal-hal tersebut akan menuntun siswa ke arah kemandirian yang betaqwa kepada Allah SWT. Siswa dapat mengekang diri terhadap keinginan-keinginan yang melampaui batas, hal inilah yang menjadikan keterpurukan dunia pendidikan kita, yang merupakan negara Pancasila yang beragama dengan mayoritas beragama Islam. Selain itu, siswa juga mampu berketerikatan dengan kelompok masyarakat yang ada dalam suatu komunitas kehidupan, dan otonomi dalam makna menyangkut keputusan pribadi dengan mengetahui dan memahami sepenuhnya konsekuensi-konsekuensi dari tindakan atau perilaku yang diperbuat.

             Sedangkan prinsip iptek itu sendiri yakni: konsep dasar sains, dan konsep dasar teknologi. Konsep dasar sains mencakup unsur-unsur fundamental minimal: taraf dan keadaan ilmu pengetahuan yang sekarang dan perkembangannya, aktivitas dinamis yang berlandaskan konsep “heuristic” berkonotasi kepada upaya pengungkapan atau penemuan diri, dan fungsi ilmu pengetahuan. Konsep dasar teknologi mencakup unsur-unsur dasar minimal: makna teknologi, taraf keadaan, jenis-jenis teknologi yang ada dan pemanfaatannya pada saat ini, dan aktivitas dinamis berlandaskan konsep dinamis “creativity” secara konkrit menciptakan atau memodifikasi teknologi sederhana yang dapat ditemukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kawasan bahan ajar kedua tipe tersebut minimal mencakup pengembangan domain kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Iptek didukung oleh dua faktor dari pelaku iptek tersebut, yakni IQ dan EQ. IQ (Intelligence Quastion) adalah tingkat kecerdasan dalam menangkap sesuatu. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.

IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.

Kesuksesan yang ingin dicapai dibutuhkan bukan hanya “cognitive intelligence” tetapi juga “emotional intellegence”. Emotional intellegence atau disingkat EQ adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi(Cooper dan Sawaf, 1998). Ataupun kemampuan untuk untuk mengendalikan hal-hal negatif seperti kemarahan dan keragu-raguan atau rasa kurang percaya diri dan juga kemampuan untuk memusatkan perhatian pada hal-hal positif seperti rasa percaya diri dan keharmonisan dengan orang-orang disekeliling.

Perlunya emotional intelligence dalam dunia kerja merupakan suatu bidang yag seringkali dianggap lebih banyak menggunakan “cara berpikir analitis” daripada melibatkan perasaan atau emosi. Menurutnya setiap orang dalam perusahaan atau organisasi dituntut untuk memiliki EQ yang tinggi. Selain itu IQ bersifat relatif tetap, sementara EQ dapat berubah sehingga bisa dibentuk dan dipelajari.

Sedangkan persentase ketergantungan IQ terhadap keberhasilan seseorang (siswa) hanyalah 20%. Sedangkan 80% yang lainnya lebih didominasi oleh faktor yang lain (Goleman 1997)        

Memanupulasi profil guru sesuai keinginan siswa tanpa mengubah karakter asli

2.1 Pengetian profil dan karakter guru

Pengertian profil dalam karya tulis ini adalah metode pembelajaran guru dalam bentuk kreatifitas, inovasi, keterampilan, kemandirian, dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan siswa.

Profil guru dalam bentuk kreatifitas diartikan bagai mana guru dapat membuat anak didiknya menjadi faham keterangan yang dijelaskannya dengan metode pembelajaran yang sekiranya dapat menarik siswa untuk menyukai pelajaran. Profil guru dalam bentuk kreatifitas juga diartikan sebagai kemampuan guru untuk menciptakan lingkungan sosial atau suasana kelas menjadi semenarik mungkin bagi siswa. Sebagaimana dijelaskan, bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis (Walbergdan Greenberg, 1997). Suasana atau keadaan ruangan menunjukan arena belajar yang dipengaruhi emosi. Tidak hanya itu, disini kreatifitas juga diartikan sebagai kemampuan guru dalam memperhatikan dan memahami emosi siswa. Sehingga guru mampu berfikir rasional dalam membaca dan membimbing emosi siswa.

Guru yang kreatif lebih mampu menemukan inovasi-inovasi untuk mengendalikian proses pembelajaran. Onivasi yang didefinisikan merekacipta sesuatu yang baru, baru dalam artikata memang benda yang baru, ataupun memperbaharui objek yang lama, merupakan sebuah hasil kerja keras dari guru-guru yang kreatif (Khairusy, 2004). Guru yang mampu berinovasi akan mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam pengajarannya. Siswa akan lebih tertarik dan tidak jenuh dengan bentuk pengajaran yang inovatif atau tidak monoton. Hal ini dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

Profil guru dalam bentuk keterampilan diartikan sebagai kemampuan guru dalam mengausai suasana emosional siswa. Guru yang demikian, cakap dalam melihat dan mengatur suasan yang sedang terjadi dalam kelas. Sehingga guru mampu membawa siswa ikut terjaring ke dalam kondisi emosional terkontrol yang membawa dampak positif bagi proses pembelajaran.

Guru yang kreatif, inovatif, dan trampil merupakan bentuk ideal kemandirian guru. Dengan kecakapan yang dimiliki guru, secara mandiri guru mampu membuat suasan kondusif yang telah memenuhi arti dunia pendidikan yang selama ini kurang berfungsi sebagai mana mestinya, yaitu sebagai lembaga yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu.

Guru yang bertanggung jawab dalam mengajar merupakan hasil dari kemandirian yang telah dimiliki. Guru yang mandiri lebih memiliki sifat profesional tinggi, karena telah mampu menciptakan dunia pendidikan yang sesuai dengan hakikatnya. Guru tidak lagi berfikir asal-asalan dalam mengajar tanpa memikirkan keefektifan dalam pembelajarannya, baik siswa mengerti atau pun tidak.

Selain profil, setiap guru juga mempunyai sebuah karakter. Definisi karakter guru dalam karya tulis ini adalah sifat asli seorang guru yang dijadikan batasan kepada siswa. Yang dimaksud dengan batasan disini adalah bagaimana guru membatasi siswanya agar tidak terlalu larut dalam keadaan guru yang menjadikan siswa sebagai manusia sederajat, sehingga siswa tidak mengangap guru sebagai manusia yang sederajat (teman sendiri).

Semua guru mempunyai karakter yang berbeda-beda, mulai dari guru yang berkarakter lemah lembut, penyayang, perhatian, sampai yang berkarakter keras. Karakter-karakter ini merupakan sifat asli guru yang tidak bisa dilepaskan. Karakter adalah gambaran pribadi seseorang, yang tidak seharusnya untuk diubah. Berbagai macam karakter guru merupakan bentuk jati diri dalam keseimbangan dunia pendidikan.

Dalam arti luas profil guru adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam berinteraksi dengan siswa. Sedangkan karakter guru adalah sifat asli sebagai bentuk kepribadian guru dalam proses pembelajaran. Keduanya adalah sesuatu yang saling terkait satu sama lain sebagai faktor vital dalam sistem pembelajaran.

2.2 Penyebab kurang efektifnya pembelajaran

Dalam dunia pendidikan memang tidak dipungkiri adanya banyak masalah didalamnya, baik mengenai permasalahan kurikulum, sarana prasarana ataupun hubungan antara guru dengan siswa. Disini kami akan membahas tentang permasalahan antara guru dengan siswa, karena dalam menciptakan keefektifan dalam proses pembelajaran, peran guru dan siswa sangat penting adanya.

Hubungan harmonis antara guru dan siswa merupakan faktor vital dalam sistem pembelajaran akan tetapi di dalam dunia pendidikan kita selama ini agaknya hal ini telah terabaikan karena dari dulu pemerintah hanya terfokus pada pembangunan, terbukti. sejak awal kemerdekaan, era Orde Baru hingga saat ini. Pada awal Orde Baru, yakni masa Repelita I (1969-1974), jumlah realisasi pengeluaran pembangunan untuk sektor pendidikan dan kebudayaan adalah 77,7 miliar rupiah atau 8,2 % dari total biaya seluruh sektor pembangunan yang mencapai 944,6 miliar rupiah. Sedangkan jumlah realisasi bantuan proyek untuk sektor pendidikan dan kebudayaan mencapai 6,1 miliar rupiah atau hanya 2,1 % dari total bantuan proyek untuk seluruh sektor pembangunan nasional yang mencapai 288,2 miliar rupiah.

Hingga akhir Orde Baru (1998), Angka Partisipasi Kasar (APK) SD termasuk MI telah meningkat dari 111,9 % pada tahun 1995/1996 menjadi 112,4 % pada 1996/1997. Di tingkat SLTP, pada tahun 1996/1997 telah dibangun sebanyak 392 unit gedung baru (UGB) dan 6,5 ribu ruang kelas baru (RKB) yang seluruhnya setara dengan 8,9 RKB. Upaya tersebut telah berhasil meningkatkan daya tampung murid baru SLTP dari sekitar 2,6 juta orang pada tahun 1995/1996 menjadi 2,8 juta orang pada 1996/1997. Jumlah murid seluruhnya juga meningkat yaitu dari 6,9 juta pada 1995/1996 menjadi 7,6 juta pada 1996/1997. Dengan demikian APK sekolah lanjutan SLTP termasuk MTs naik dari 60,8 % pada tahun 1995/1996 menjadi 68,7 % pada tahun 1996/1997 yang berarti telah melampaui sasaran tahun ketiga Repelita VI, yaitu 60,2 %.

Hingga sekarang pembangunan pada sektor pendidikanpun masih berlanjut bahkan sekarang pemerintah mengupayakan mengubah kurikulum demi menciptakan siswa yang dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi pemerintah kurang memperhatikan keharmonisan hubungan guru dengan siswa didalam proses pembelajaran, padahal kenyataanya kurikulum yang dianggap pemerintah dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran belum dapat diterapkan secara maksimal karena kurang harmonisnya hubungan guru dengan siswa. Dari hasil dialog interaktif dengan siswa sebagai pelaku dalam proses pembelajaran, mayoritas siswa mengaku, pembelajaran yang selama ini mereka terima kurang efektif dikarnakan masalah mereka dengan guru, baik mengenai metode pembelajara, suasana pembelajaran, atau pun yang lainya.

2.3 Profil guru yang disukai siswa

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Sedangkan dalam bahasa Inggris ‘teacher’ itu memiliki arti sederhana, yakni “a person whose occupation is teaching other” (Meleod, 1989 dan Syah, 2000). Artinya guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Keberhasilan pendidikan tergantung pada banyak faktor, namun yang terpenting di antara faktor-faktor tersebut adalah sumber daya pontensial guru yang sarat nilai moral dalam melakukan transpormasi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Dalam angkatan bersenjata faktor ini disebut dengan “the man behind the gun”. Orang-orang militer berpendapat bahwa bukan senjata yang memenangkan perang, tetapi serdadu yang memegang senjata itu. Serdadu tidak akan memenangkan suatu pertempuran apabila tidak menguasai strategi perang.

Dalam pernyataan tersebut, bukanlah mutlak tingginya pengetahuan guru sebagai penentu keberhasilan, namun bagaimana guru dapat menguasai emosional siswa (medan perang) dalam menyampaikan pengetahuan. Siswa akan lebih mampu menyempurnakan perkembangannya dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Guru yang berpengetahuan tinggi dan dapat mengausai emosional siswa akan memaksimalkan efektifitas pembelajaran. Oleh sebab itu, selain guru dituntut mempunyai kualitas pengetahuan yang tinggi, kualitas ketrampilan dalam menguasai emoisonal siswa juga merupakan faktor vital yang harus diperhatikan.

Dalam menguasai emosional siswa guru-guru lebih menggunakan pembelajaran pakem yang mengutamakan kesenangan siswa, tanpa melihat sisi negatifnya. Pendidikan pakem yang terlalu berlebihan menjadikan siswa merasa melonjak. Melonjak dalam arti semakin tidak tahu diri karena terlalu dimanja. Sehingga rasa hormat dan rasa sadar akan status sebagai siswa menjadi pudar. Jasa besar guru akan kian terlupakan.

Di lembaga-lembaga pendidikan telah banyak pula yang menggunakan sistem pembelajaran non pakem. Sistem ini adalah sistem militer, sistem pembelajaran yang juga terpopulerkan melalui keberhasilannya mencetak sekolah-sekolah unggul. Tidak bisa dipungkiri pendidikan militer menghasilkan pribadi-pribadi unggul. Displin tinggi dan tempaan fisik adalah sarana untuk membentuk mental yang tangguh. Displin tinggi dan tempaan fisik adalah sarana untuk membentuk mental yang tangguh. Apabila dicermati lebih jauh, tempaan fisik tidak bisa menghasilkan sosok pribadi yang stabil secara emosional dan kejiwaan. Jika diperhatikan secara mendalam hasil akhir pembelajaran ini, akan menghasilakan siswa berkarakter keras dan beringas (BlogPenulis.com, 2007).

Memang, baik sistem pendidikan pakem maupun militer sama-sama mempunyai kelebihan atau kelemahan. Barangkali hal itu menjadi tidak pas dan berlebihan apabila keduanya diaplikasikan ke dalam dunia pendidikan. Walau bagaimanapun, keduanya adalah sistim pembelajaran yang efektif dengan berbagai macam akibat negatifnya. Oleh karena itu, diperlukan tercapainya sistem pembelajaran yang efektif dengan akibat negatif seminimal-minimalnya. Solusi yang diambil dalam rangka memecahkan masalah ini adalah dengan mengambil sis-sisi positifnya agar tercipta sistem pembelajaran yeng lebih efektif dan seimbang.

Penelitin menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang mempengaruhi belajar akademis (Walberg dan Greenberg, 1997). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan pakem. Guru memang dituntut dapat membuat siswa senang, sehingga dapat menguasai psikologi siswa. Dengan upaya-upaya mengubah profil (metode pembelajaran) guru sebagai bentuk usaha.

Dalam mengantisipasi akibat negatif yang dapat terjadi, karakter guru sangat lah penting. Karakter guru merupakan sifat asli seorang guru yang dijadikan batasan kepada siswa agar tidak melonjak. Karakter setiap guru akan berbeda-beda, mulai dari lemah lembut, penyayang, perhatian, sampai yang berkarakter keras. Karakter yang tergolong sabar merupakan karakter yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran pakem. Sedangkan karakter yang keras akan menjadi batasan kepada siswa sebagai unsur pembelajaran militer. Bukan berarti guru yang berkarakter keras menajadikan suasana sosial atau kelas menjadi menakutkan, sehingga mempengaruhi psikologi siswa yang berdampak pada kurang efisiennya pembelajaran. Akan tetapi, guru yang berkarakter keras dapat memanipulasi profil (metode pembelajaran)-nya sesuai dengan keinginan siswa. Sehingga karekter keras bukanlah faktor penyebab kurang efisiennya pembelajaran, akan tetapi sebagai batasan kepada siswa.

Karakter guru adalah gambaran pribadi seorang guru. Berbagai macam karakter guru merupakan bentuk jati diri dalam keseimbangan dunia pendidikan yang tidak seharusnya untuk diubah.

Sesuatu yang ditempuh seorang guru untuk memanipulasi pofilnya adalah mengetahui keinginan siswa. Profil guru yang disenangi siswa adalah yang mampu membawa jiwa (psikologi) siswa hanyut dalam suasan yang dibawa guru. Sehingga siswa merasa nyaman di dalamnya.

Dari hasil survei dilapangan, lebih dari 50% siswa lebih menyukai cara pembelajaran yang serius diselingi santai. Pembelajaran yang terlalu serius akan menjadikan siswa cemas, perasaan cemas itu diakibatkan oleh tuntutan yang terlalu besar, dan jika terlalu santai siswa akan kurang dapat berkosentrasi. Sebuah teori yang menyatakan otak orang dapat berkonsentrasi paling baik saat mereka sedikit untuk lebih dituntut (Quantum Teaching). Dengan pembelajaran yang serius dapat menjadika otak lebih mudah berkonsentrasi, sedangkan dengan selingan santai dapat mengendurkan otak sehingga otak tidak mengalami depresi.

Dalam susatu sistem pembelajaran, memang guru sangat berperan didalamnya. Oleh karena itu, siswa harus menyukai profil guru disamping juga harus menyukai pelajaran yang diajarkan. Apabila siswa tidak menyukai profil guru maka hal itu dapat berpengaruh kepada daya tangkap siswa terhadap keterangan guru. Dari hasil survey 99% siswa menyukai profil guru yang suka bercanda dan suka bergaul dengan siswa. Guru yang suka bergaul dengan siswa mambuat siswa tidak malu untuk bertanya. Sedangkan guru suka bercanda dapat menciptakan suasana suatu sistem pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga dalam suatu sistem pembelajaran siswa akan mudah menangkap keterangan dari guru.

Dan tipe mengajar guru juga sangat penting dalam pembelajaran, karena jika siswa tidak menyukai tipe mengajar seorang guru maka siswa kebanyakan menjadi bosan dan dapat menyebabkan siswa tidak faham keterangan dari guru dan dari hasil survey hampir 50% siswa menyukai tipe pembelajaran dengan cara yang tidak monoton, mungkin dengan tidak selalu dijelaskan saja akan tetapi dengan dijelaskan, tanya jawab, diskusi, praktikum maupun yang lainnya.

Dengan tipe pembelajaran yang berfariasi dan lebih mengutamakan keaktifan siswa, aktif bertanya merupakan kewajiban siswa di dalamnya. Akan tetapi, 60% siswa kadang-kadang masih merasa malu bertanya. Hal ini disebabakan profil guru yang kurang disukai, sehingga menjadikan siswa malu bertanya. Peran guru dalam memanipulasi profilnya merupakan dampak tidak langsung kepada siswa memandang guru lebih baik dan menghormati.

Guru yang kurang mampu menyesuaikan profilnya dengan keadaan siswa akan menjadikan siswa bosan dalam suatu proses pembelajaran disamping alasan lain yang menyebabkan siswa menjadi bosan. Diantaranya adalah dikarenakan siswa tidak bisa suatu pelajaran yang menyebabkan siswa tidak suka terhadap pelajaran tersebut. Hal ini sering menjadi alasan siswa jika siswa merasa bosan dalam suatu pembelajaran, biasanya siswa bosan sebagai akibat siswa kurang menyukai lingkungan yang dibentuk oleh guru. Dengan berbagai alasan tersebut, guru yang dapat menyesuaiakan profilnya lebih mampu mendorong semanagat 85% siswa yang masih sering bosan dalam pemebelajran.

Pada zaman yang terus berkembang ini, pembelajaran di dalam kelas saja masih dirasa kurang mencukupi. Pembelajaran yang tersekat oleh bel-bel pertanda pergantian pelajaran adalah pembelajaran yang masih jauh dari standar kompetensi. Maka, tidak ada salahnya guru mengadakan pembelajaran di luar kelas. Itu dapat dilaksanakan jika siswanya mau, karena kebanyakan siswa masih merasa cukup hanya dengan pembelajaran didalam kelas saja. Walau demikian, siswa tidak seutuhnya menolak pembelajaran di luar kelas, hampir 90% siswa mau mengikuti pembelajaran apabila dalam kondisi yang memungkinkan (jika butuh, tidak dalam keadaan sibuk, dan jika tidak menyita waktu luangnya). Guru diharap pandai-pandai dalam melihat keadaan siswa sehingga proses pembelajaran di luar kelas lebih efektif.

Selain hal-hal diatas, siswa juga memerlukan perhatian pada model ulangan yang diberikan guru. Ulangan yang bersifat memberatkan siswa dapat membebani siswa. Dengan terbebaninya siswa, siswa akan lebih mudah kehilangan kesenangan kepada sistem pemeblajaran, kehilangan semangat. Data menunjukkan 63% siswa menyukai ulangan dengan bab yang tidak begitu banyak. Hal ini dikarenakan agar siswa lebih mampu dalam menguasai materi. Dalam penempatan waktu ulangan juga merupakan hal yang berefek pada semangat siswa. Ulangan yang terlalu sering akan membuat siswa terbebani dengan tanggungan yang berat. Meskipun demikian, terlalu jarang ulangan juga akan mengurangi penguasaan materi. Tetapi, hal ini juga akan kembali kepada guru sebagai perantara ilmu dalam menguasai psikologi siswa.

Dan terbukti dari hasil suvei 92% siswa masih kurang mampu meneima keterangan dari guru yang profilnya kurang disukai. Hal ini membuktika bahwa profil guru sangat berpengaruh dalm tercapainya standar belajar.

Dapat disimpulkan bahwa profil guru sangat berperan dalam pembelajaran, terbukti dengan pelajaran yang masih menjadi momokpun dapat teratasi dengan menyukai profil guru. Melalui data lapangan yang kami peroleh, menunjukkan hasil sebagai berikut :

No.

Profil Guru

SKBM

Rata-Rata

Ket : Dengan SKBM rendah

No.

Profil Guru

SKBM

Rata-Rata

Ket : Dengan SKBM tinggi

Sumber: Sekolah yang bersangkutan

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru dengan profil yang disenangi dapat membuat siswa lebih mampu menguasai pelajaran. Terbukti siswa mampu memenuhi SKBM tingggi dari guru dengan profil yang disenangi. Dengan SKBM rendah maupun tinggi siswa dapat lulus dengan sangat memuaskan. Sedangkan pada guru dengan profil yang kurang disukai, siswa mampu lulus SKBM rendah dengan nilai yang kurang memuaskan. Apalagi dengan SKBM tinggi, meskipun siswa mampu menaikkan nilai, bukan berarti standar pembelajaran sudah dapat diraih siswa, akan tetapi lebih kepada tuntutan SKBM, meski demikian itu masih belum cukup untuk mengejar standar SKBM. Dalam Quantum Teaching yang menjelaskan bahwa otak akan dapat berkonsentrasi lebih baik dengan tuntutan yang lebih tinggi, maka dengan SKBM tinggi dari guru yang profilnya digemari akan menghasilkan nilai kelulusan yang lebih tinggi pula.

Oleh karena itu, permasalahan didalam keharmonisan antara siswa dan guru masih menjadi priyoritas utama dalam permasalah yang menyangkut pembelajaran pada dewasa ini. Dengan karya ini kami berharap dapat memberi solusi yang tepat, guna mengatasi permasalahan pendidikan di negara kita yang kian hari kian terpruk ini, yaitu dengan mengubah profil guru guna membangkitkan semangat, kosentrasi maupun hal lain yang berpengaruh dalam pembelajaran siswa, yang sering dijadikan alasan mengapa banyak diantara siswa kurang faham atau bahkan tidak faham sama sekali dengan keterangan yang disampaikan guru. Mengubah profil disini memang membutuhkan waktu yang agak lama dan kesabaran dan jika ini dapat terwujud maka imbalan yang diperoleh akan jauh dari pengorbanan itu, yaitu dapat meningkatkan tingkat kefahaman siswa. Karena dengan siswa yang faham maka akan dapat menjadikan siswa mampu mencapai standar pembelajaran yang menjadi target sebenarnya. Tidak hanya itu pastinya, dengan itu kami pun membayangkan jika generasi yang seterusnya dapat seperti jika hal ini dapat diterapkan maka pendidikan dinegara kita ini tidak dapat diremehkan dan dapat menciptakan generasi yang mampu bersaing pada era globalisasi ini.

Akan tetapi tidak hanya profil saja yang harus diperhatikan karena jika profil guru diubah maka kita juga harus memberi batasan agar siswa tidak menghilangkan rasa hormat yang sebelumnya ada pada mereka, karena jika tanpa dibatasi guru berfikir kalau mereka menghukum siswa maka siswa tidak menyukai profil mereka sehingga apa yang mereka sampaikan tidak dapat diterima dengan sempurna oleh siswa. Akan tetapi pemikiran yang seperti itu pada kenyataannya kurang tepat, hukuman merupakan unsur yang perlu ada dalam pembelajaran.

Hukuman sepintas adalah langkah yang sangat disangkan dalam mendidikan siswa. Akan tetapi pada kenyataannya hukuman adalah salah satu faktor yang mampu membatasi siswa dari sifat melonjak. Dengan catatan hukuman yang diberikan adalah hukuman yang lazim untuk diberikan kepada siswa. Dalam konteks dilapangan hukuman bukanlah satu-satunya sarana agar siswa tidak melonjak. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan tetap mempertahankan karakter guru. Guru dengan karakter yang berbeda akan membuat siswa lebih merasa hormat. Hal ini disebabakan karakter guru yang berbeda-beda dari yang baik hati sampai yang kasar akan membuat suasana menjadi ideal dan seimbang. Profil guru yang baik hati sangat cocok agar siswa lebih menyukai profil guru. Sedangkan guru yang berkarakter keras akan membatasi siswa dalam melonjak. Jadi, karakter guru merupakan sarana pembatas siswa agar tidak melonjak. Sehingga tidak ada lagi guru yang berfikir untuk terlalu takut dalam menghukum selagi itu masih dalam batas guru sayang pada siswa.

Guru diharapkan mampu mengubah profilnya agar tercipta suasana pembelajaran yang efektif. Dengan acuan karakter guru merupakan batasan sebagai pengendali siswa agar tidak melonjak. Sehingga tidak ada lagi kabar berita tentang pelecehan murid kepada gurunya. Dan dengan guru yang menyesuaikan profilnya kepada siswa, dapat menjadikan guru menghilangkan profil-profilnya yang kurang pantas dalam dunia pendidikan. Tidak dijumpai lagi tindak kekerasan dalam dunia pendidikan kita ini antara guru kepada siswa, baik kekerasan fisik, seksual, maupun segala kekerasan yang lainnya. Dengan diterapkannya ini, dapat membantu dalam memajukan stabilitas pendidikan nasional yang makin terpuruk ini, terlebih akan menjunjung tinggi kualitas pendidikan nasional dikancah internasional.

Halo dunia!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!